PESAPEAN
PERMAINAN TRADISI ANAK MADURA
14030184011
HUSNI MUBAROK
PFC (pendidikan fisika C)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
PESAPEAN
PERMAINAN
TRADISI DAERAH SUMENEP MADURA
A. PENGERTIAN
Pesapean adalah permainan rakyat tradisional yang hanya terdapat di
Kabupaten Sumenep, tepatnya di daerah Kecamatan Ambunten yakni di
desa-desa Ambunten Tengah dan Tamba Agung Barat Kabupaten Sumenep. Secara
harfiah kata Pesapean (bahasa Madura) berarti sapi akan tetapi maksudnya bukan berarti
sapi sebenarnya, namun menyerupai bentuk sapi.
Permainan Pesapean bersifat
religius magis, karena permainan ini merupakan bagian dari upacara minta hujan, yang mempunyai kaitan kepercayaan yang kuat dengan
kehidupan petani dan peternak sapi, yang kegiatannya tergantung pada perubahan
musim, seperti kemarau yang panjang akan menyebabkan pertanian terhambat.
Permainan ini dilaksanakan waktu upacara minta hujan yakni pada musim kemarau,
di waktu siang hari. Pesapean dapat
pula etangga (diundang bermain) untuk selamatan perkawinan, yang dalam
pelaksanaannya terpisah dari upacara minta hujan. Akan tetapi yang mengundang
harus memenuhi persyaratan, yakni harus menyediakan sesajen tertentu.
Bagi para petani, permainan ini merupakan suatu permainan yang khas,
karena di dalamnya terkandung unsur religius magis di mana ada sa’saba
(sesajen) yang diunjukkan kepada Se Araksa (Yang Kuasa), lengkap dengan
pembacaan do’a secara Islam, untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan segenap
penduduk desa dunia akherat, agar segera diturunkan hujan sehingga panennya
berhasil.
B. PERATURAN
PERMAINAN
Para pelaku dari permainan Pesapean ini terdiri dari enam
atau tujuh orang. Dua orang yang memakai topeng sapi dan masing- masing ada yang menjadi
pengendali sapi dengan memegang tali kendali lalu dua atau tiga orang lagi bertopeng
yang menjadi badut. Semua pemain ini terdiri dari para petani laki-laki dewasa
atau agak tua. Laki-laki yang menjadi sapi ini memakai topeng sapi, sedangkan
yang menjadi badut juga memakai topeng yang aneh-aneh tetapi lucu.
Karena permainan Pesapean ini merupakan bagian dari pada upacara minta
hujan, maka yang diutamakan adalah penyelenggaraan upacara itu sendiri.
Upacara itu diselenggarakan di tengah ladang. Sebagai tanda pusat upacara, maka
di sana dipancangkan anjer umbul-umbul dan di bawahnya diletakkan ba’saba yang
ditempatkan di atas ancak. Di dekatnya selalu mengepul asap kemenyan dupa.
Penduduk desa lalu mengitari tempat pusat upacara yang akan diselenggarakan.
Setelah dibacakan do’a permohonan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang maksudnya agar terkabul hajat penduduk desa serta kebahagiaan
dunia akheral, maka ke luarlah para pemain Pesapean dengan diiringi irama sronnen. Sapi-sapi tiruan
yang berpakaian dengan perlengkapannya lalu menggerak-gerakkan tubuhnya yang
seakan-akan sedang menari sambil menelusuri ladang-ladang gersang di tempat
upacara itu. Gerakan-gerakan permainan dari dua orang manusia bertopeng sapi
yang masing-masing orang ada pengendalinya itu menggerak-gerakkan, seluruh
tubuhnya seperti sapi yang sedang membajak tanah-tanah ladang. Dan di depan
pasangan sapi-sapian itu ada dua atau tiga orang badut yang bertopeng.
Badut-badut yang bertopeng, menyerupai kucing, lalu menari-nari dan menimbulkan
gerak gerakan yang lucu seakan-akan menunjukkan jalan, ladang mana yang
akan dibajak.
Gerakan-gerakan ritus dari Pesapean itu tidak berlangsung
lama, kira-kira hanya antara setengah atau satu j&m sudah selesai. Dengan
selesainya permainan pe-sapean, maka selesai pula upacara minta hujan di desa
tersebut.
Sehari sebelum upacara minta hujan dimulai, di ladang
yang akan ditempati upacara, telah ramai orang yang berjualan, meskipun di
situ tidak ada tontonan. Apabila etangga (diundang) orang untuk meramaikan
upacara khitanan maka permainannya agak. lama, dan gerakan-gerakannya pun lebih
bebas di mana para badutnya lebih lucu tingkah lakunya. Sebelum bermain,
sesajen yang harus disediakan oleh pengundang terlebih dahulu dibakari kemenyan
dan diberi bunga. Hal ini dimaksudkan agar permainan itu berlangsung Tancar dan
selamat.
C. PERLENGKAPAN
Peralatan yang dipergunakan untuk permainan Pesapean ini terdiri dari topeng
berikut segala perlengkapannya, ba’saba (sesajen) serta satu stel gamelan
sronen. Sronnen sebagai gamelan pengiring permainan Pesapean ini terdiri dari:
sebuah kendang kecil dan sebuah kendang besar, sebuah gong kecil dan gong
besar, sebuah atau dua buah sronnen (semacam klarinet khas Madura).
Perlengkapan
topeng yang menyangkut permainan Pesapean terdiri
dari:
1. Empat buah rape
(perlengkapan penutup bagian badan sapi di depan)
2. Empat buah
jamang (mahkota di kepala sapi)
3. Empat buah
sabbau (untaian kain yang dikaitkan-di leher)
4. Sampur yang
dipakai sapi dan pengendali masing-masing selembar, jadi berjumlah enam lembar
5. Empat buah
kalembang (sayap) yang dipakai oleh sapi
6. Empat buah
gungseng (genta) yang ditaruh di kaki sapi
7. Dua utas tali
atau selendang pengikat lengan sapi agar bergandengan menjadi satu
8. Dua untai bunga
merah yang ditaruh di atas tali
9. Pengikat lengan
sapi yang digandeng masing-masing seuntai dan masing-masing empat stel baju dan
celana tanggung yang dipakai sapi. Baju tersebut berwarna biru dan celana
berwarna hijau
10. Juga tidak lupa
pakaian adat desa yang berwarna hitam dan kaos lurik merah untuk kedua
pengendalinya
11. Tiga atau dua
topeng berikut baju yang lucu, yang dipakai badut-badut
12. Dua buah cambuk
yang dipegang oleh kedua pengendali sapi.
Sedangkan perlengkapan ba’saba’ (sesajen) untuk
searaksa terdiri dari sebuah anjer (bambu panjang yang dipancangkan di tempat
upacara dengan dihiasi umbul-umbul), dan sebuah ancak yang terbuat dari pelepah
pisang dan dibangun seperti meja kecil segi empat untuk tempat sesajen. Ancak
berikut sesajen ini ditaruh di bawah anjer, yang terdiri dari: nasi putih,
sekkol (dibuat dari parutan kelapa), kembang bubur (bunga irisan pandan harum
damar kembang (lampu minyak kelapa bersumbu kapas), aeng merra (air merah,
dapat pula terbuat dari strup merah) di dalam gelas dengan bunga mawar merah
dan jajan pasar yakni kue-kue yang dijual di pasar yang terbuat dari tepung
beras dan dicetak menyerupai binatang. Apabila yang diundang itu orang? maka
pengundang permainan itu yang harus menyediakan sesajen berupa beras yang
ditempatkan di pennay (semacam kuali dibuat dari tanah dibakar), sebuah kelapa
dan seekor ayam berbulu putih mulus. Dan sesajen tersebut nantinya diberikan
kepada para pemain.
Ba’saba (sesajen) disediakan untuk se araksa. Dan yang
menyiapkannya adalah para wanita yang suci. Maksudnya, wanita yang sedang
datang bulan tidak boleh turut bekerja.
Apabila waktu dan tempat untuk melaksanakan permainan
ini telah ditentukan, juga para pelakunya telah ada, serta peralatan untuk
memainkan permainan Pesapean ini
telah disiapkan, maka permainan pun dapat dimulai. Dalam pelaksanaannya,
permainan ini diiringi gamelan sronnen, karena sronnen sebagai gamelan
pengiring dari permainanPesapean ini
merupakan kesatuan.
D. NILAI-NILAI
nilai-nilai yang terkandung dalam permainan ini, yakni
rasa solidaritas yang spontanitas, kegotong-royongan dan religius magis.
1. Rasa
Solidaritas. Di sini tampak rasa solidaritasnya, yakni para pemain yang menjadi
“sapi”. Karena permainan Pesapean ini
untuk kepentingan,bersama, maka mereka rela untuk melakukan permainan
tersebut.
2. Kegotong-royongan
Unsur kegotong-royongannya tampak jelas, dalam melakukan permainan pe-sapean.
yakni yang bertopeng sapi (menjadi sapi) dikendalikan oleh orang yang memegang
tali kendali.
3.
Religius magis. Unsur religius magis tampak, sebelum
permainan ini dilakukan, terlebih dahulu disediakan perlengkapan ba’saba
(sesajen) untuk Searaksa. Sesajen tersebut harus dilakukan oleh para wanita
yang suci, maksudnya yang sedang datang bulan tidak boleh turut bekerja
No comments:
Post a Comment