Turbulensi udara yang biasa kita kenal dengan angin, tidak menimbukan
pengaruh apa pun terhadap gelombang cahaya. Karena cahaya bergerak dengan
kecepatan lebih dari satu miliar kilometer per jam, dan ia tidak peduli dengan
udara yang mengamuk dalam wujud badai yang berkecepatan 160 kolimetar per jam.
Yang mendistorsi gelombang cahaya adalah perbedaan temperatur udara, bukan
perbedaan kecepatan.
Jelas bahwa temperatur bumi tidak sama
rata. Selain iklim yang bervariasi, temperatur udara pun juga bervariasi
menurut ketinggian. Belum lagi jika kita memperhitungkan pergolakan dahsyat
udara panas yang ditimbulkan oleh daratan yang terpanasi sang surya, dan juga dari pabrik-pakrik.
Cahaya dari bintang harus melalui berbagai serangkaian penghalang yang berupa
lapisan-lapisan udara yang memiliki perbedaan temperatur. Kalaupun turbulensi
berperan, itu ketika sebagian angin mengubah-ngubah pola perbedaan temperatur udara.
Ketika cahaya melalui medium yang transparan,
seperti udara, air, atau kaca, akan
mengalami perubahan arah, yang disebut sebagai pembiasan cahaya. Itu sebabnya
sepasang lempengan kaca atau plastik didepan mata dapat mengoreksi cahaya yang
gagal jatuh ke retina. Akan tetapi besar pembelokan oleh medium transparan
bergantung pada susunan atom-atomnya. Udara, misalnya membelokkan cahaya lebih
sedikit dari pada kaca. Udara hangat lebih sedikit membelokkan cahaya dari pada
udara dingin atau sejuk. Walaupun atom-atom dalam udara hangat dan udara dingin
sama saja, diudara hangat kerapatan cahaya lebih renggang dibandingkan dengan
udara dingin. Oleh sebab itu, udara hangat tidak terlalu kuat untuk membelokkan
cahaya. Ini sama seperti pertemuan udara hangat dengan udara dingin yang dapat membelokkan
gelombang bunyi.
Bintang manapun, kecuali matahari,
terletak sangat jauh, sehingga kita
hanya melihat sebagai titik tuggal yang sempurna dilagit, titik geometris tanpa
ukuran sama sekali, bahkan jika diamati menggunakan teleskop sangat kuat.
Seolah-olah bintang hanya mengantarkan seberkas cahaya tunggal ke mata kita.
Ketika berkas cahaya tersebut sampai ke mata kita melalui atmosfer, berkas
tersebut meliuk-liuk dan terhamburkan ketika melewati udara dengan beragam
temperatur dan berbagai kekuatan pembelokan. Setiap kali cahaya terhamburkan,
untuk sekejap seolah-olah bintang menghilang dari pandangan kita. Waktu berkas
yang sama terpancarkan lagi kemata kita, bintang itu tampak lagi. Oleh sebab
itulah ketika kita melihat bintang, bintang akan tampak berkelap-kelip.
Untuk objek tampak besar seperti matahari
dan bulan, penghamburan berkas-berkas cahaya tidak berpengaruh, karena berkas
yang terbelokkan ke mata kita sama besar dengan berkas cahaya yang terbelokkan
menjauh dari mata kita, maka citra yang tertangkap kelihatan ajeg.
Planet-planet sepintas tampak seperti
titik cahaya seperti bintang, padahal bukan. Bahkan dengan teropong sederhana
(binocular) mereka akan tampak sebagai piringan. Maka alasan mereka tidak
berkelap-kelip sama seperti matahari dan bulan. Meskipun sebagian cahaya
terhamburan menjauhi dari mata kita, yang sampai ke mata kita cukup banyak sehingga kita akan selalu
melihatnya dengan jelas, tanpa berkelap-kelip.
Silahkan kunjungi blog
kami blogmubarok.blogspot.com
untuk mencari beberapa artikel yang menarik, dan bagaimana fisika dan islam
menjawab beberapa pertanyaan yang unik dan mengesankan...
No comments:
Post a Comment