UPACARA
ROKAT TASE’ MADURA
By: Husni Mubarok
RokatTase’ juga disebut Petik Laut,atau Larung Sesaji bagi masyarakat Jawa,
merupakan peristiwa
ritual yang dilakukan para nelayan sebagai bentuk
rasa syukur kepada
Yang Maha Kuasa
yang telah memberi limpahan hasil ikan tangkapan di laut.
Demikian pula yang dilakukan masyarakat
nelayan di kecamatan klampis kabupaten bangkalan, Upacara ritual Rokat tase’
yang sebelumnya diawali parade kesenian tradisi masyarakat setempat, dimulai arakan
sesaji yang akan dilarung ke laut serta pertunjukan ludruk (ketoprak) dengan mengambil
cerita sekitar sejarah terjadinya rokat tase’.
Para penduhulu mereka, salah seorang pelaku
rokat tase’, pada jaman dulu, katanya, ada seorang kesohor dengan pembatunya ketika
menjala ikan di laut (setelah sekian lama tidak mendapatkan hasil tangkapan ikan)
tiba-tiba mendapatkan ikan besar. Namun, ketika ikan itu diraihnya ikan tersebut berbicara
dan meminta agar dilepaskan kembali, dan
ikan itu berjanji akan menggantikan tangkapan ikan yang lebih banyak.
Atas permintaan ikan tersebut, sang
tokoh tentu melepaskannya. Anehnya, pada
tangkanikat selanjut, dia benar-benar menghasilkan tangkapan ikan yang
melimbah.
Pada saat setelah itulah, secara rutin setiap
tahun, yang biasanya dilakukan bulan pertama, para masyarakat nelayan setempat melakukan
rokat, yaitu selamatan memberi sekedah kelaut. Dan selama melakukan rokatan itukan,
kehidupan nelayan setempat menjadi makmur. Meski demikian. mitos yang di bangun
dari cerita tersebut dilakukan sebegai bentuk tradisi memungkinkan masyatakat
nelayan menjadi lebih bergairah ketika sedang melaut.
Mengingat masyarakat klampis menganut
Islam yang taat, dalam prosesi rokattase’, mereka melibat para ulama dan kiyai untuk menyambung
doa. Maka menjelang pelepasan (larung) sesaji kelaut dilakukan doa bersama
yang diawali dengan sholawatan dan tahlilan dengan harapan doa-doa tersebut mengantar
para nelayan mendapat hasil yang melimpah.
Membangun Rasa Sosial
Sebelum dilepas (dilarung), tempat sesaji,
kemudian disebut bitek sejenis perahu kecil ,dibuat sedemian rupa agar
dapat diisi aneka benda yang dianggap “mewakili” barang-barang kepemilikan para
nelayan, berupa apa saja, bisa kain, makanan, hasil pertanian dan lainnya,
kemudian diinapkan dan diletakkan dermaga tempat nelayan akan berlabuh (jaghangan)
selama dua malam.
Awalnya rokat tase’ ini dinamai rokat jaghangan,
karena rokatnya berlangsung di tepi pantai dimana para nelayan menyandarkan perahunya,
sebelum berlayar menuju laut. Disetiap desa dimana disitu ada jaghangan,
biasanya mereka para nelayanan juga melakukan rokat tase’.
Perahu-perahu
yang akan mengantar bitek ke laut
Maksud penginapan wadah sesaji tersebut,
untuk memberi kesempatan pada masyarakat yang lain, barang kali mau
“menitipkan” sesajinya melalui wadah tersebut, hal ini dilakukan dengan suka rela,
dalam bentuk apa saja. Tapi umumnya dalam bentuk uang. Namun yang pokok dalam sesaji,
yaitu kepala kambing.
Pada saat menjelang rokat tase’
para warga sekitar memperingatinya dengan memasak makanan hidangan. Hal itu dilakukan
setiap rumah warga. Dari hidangan nasi dan lauk-pauknya disiapkan untuk para warga,
kerabat dan tamu-tamu yang menghadiri dan menyaksikan rokat tase’.
Dalam hal silatur rahmi memang berusaha kami bertahankan, yang juga merupakan bentuk
rasa syukur kami atas limpahan rahmat Allah melalui jala ikan kami di tengah laut.
Nilai-nilai
yang terkandung dalam upacara rokat tase’
Adapun
nilai yang terkandung dalam upacara rokat tase’ adalah gotong royong yang dapat menyatukan warga dan mempererat tali persaudaraan
antar warga dalam kehidupan bermasyarakat, serta kerja keras untuk mencapai tujuan
hidup. Dengan landasan yang sama (senasib dan seperjuangan) dan disertai tekat
yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan, ketentraman dan keharmonisan dalam masyarakat serta
berSyukur kepada Sang Pencipta atas limpahan
rahmat dan rizkiNya. Mereka rela mengeluarkan dana, mencurahkan pikiran dan tenaga
yang cukup besar untuk terlaksananya upacara rokat tase’ tersebut.
Nilai-nilai
karakter daerah-daerah tersebut yang menjadi identitas bangsa, yaitu saling gotong
royong, kerja keras dan bersatu dalam mencapai tujuan, dengan landasan agama,
budaya, norma-norma dan adat-istiadat dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat berbangsa
dan bernegara.
Silahkan
kunjungi blog kami blogmubarok.blogspot.com
untuk
mencari beberapa artikel yang menarik, dan bagaimana fisika dan islam menjawab
beberapa pertanyaan yang unik dan mengesankan...
makasih atas infonya bang
ReplyDelete