A. Dari mana
Karakter (ciri khas individu) Buruk?
Banyak fenomena terjadi di negara kita Indonesia yang asal
muasalnya adalah berhungan dengan karakter. Beberapa fenomena baru-baru ini
yang disuguhi di depan layar kaca terjadi seperti papa minta saham, korupsi,
prostitusi artis, aborsi, seks bebas, dan masih banyak lagi. Kasus itu disuguhkan hampir tiap hari yang
dilakukan orang yang seharusnya menjadi teladan. Jika ditinjau asal muasal
fenomena tersebut maka jawabannya adalah karakter individu. Sedankan ditinjau asal
dari karakter dibentuk dari dua aspek yaitu sikap internal dan lingkungan.
Karakter yang dimiliki individu memang dapat diturunkan dari orang
tuanya. Orang tua yang tempramen cenderung anak juga memiki sifat yang sama.
Ibu yang sabar cenderung anak juga memiliki sifat yang sabar. Sehingga pepatah
buah jatuh tidak jauh dari pohonnya adalah ungkapan yang benar. Biasanya ini
merupakan bawaan yang sulit diubah, bukan berarti tidak dapat diubah. Untuk
merubah meka diperlukan faktor ekstern yang sangat kuat dan berlangsung secara
berkelanjutan. Namun karakter yang semacam ini tidak lebih berpengaruh terhadap
keseluruan karekter seseorang dari pada karakter dari lingkungan.
Selain hereditas, emosi atau sebut saja nafsu juga salah satu
penyumbang karakter individu. Nafsu itu pada dasarnya dapat mendorong seseorang
untuk maju. Namun bagaimanapun dorongan manusia diberikan nafsu untuk
dikendalikan. Kalau dilihat kerakusan dan ketamakan asalmulanya karena dorongan
nafsu. Jika dorongan nafsu dibiarkan, maka tidak ubahnya bahkan lebih rakus
dari pada hewan.
Jika ditinjau secara makro penyebab terjadinya kemerosotan
karakter bangsa adalah sumbangsi dari lingkungan individu atau pihak eksternal.
Lingkungan tersebut seperti sistem yang hampir setiap detiknya membentuk
karakter individu. Misalnya seorang pejabat negara mempunyai sifat baik, akan
mudah sekali rusak ketika setiap hari melihat teman-teman sejajaran melakukan
korupsi, penyuapan, memuluskan rencana buruk dan seterusnya. Seorang polisi
lalu lintas yang awalnya mempunyai sikap yang baik, tetapi ketika dia menilang
seorang pelanggal lalu lintas, hampir yang ditilang melakukan negosiasi dengan
sejumlah uang pada awalnya tidak menerima, lama-kelamaan ketika butuh akhirnya
diterima juga. Seorang pejabat dilingkungan RT/RW misalnya berperilaku baik,
akan tetapi karena tekanan dari atasan akhirnya melakukan pungutan liar ke
warga. Contoh-contoh ini akhirnya
menular seperti virus ganas yang akhirnya menjadi membudaya menjadi kronis dan
harus segera diamputasi jika tidak ingin meninggal hati nurani. Inilah yang
biasa disebut John Lock dengan tabula rasa. Karakter seseorang dibentuk dari
lingkungan.
Media massa merupakan pihak eksternal turut menyumbang terhadap
karater individu. Tanyanagan televisi yang tidak mendidik akan menyebabkan
kerusakan moralitas bangsa. Berita kekerasan seorang anak menghamili ibu
kandungnya, seorang ibu menggugurkan anaknya, dan seterusnya menjadi tontonan tidak
asing lagi seakan-akan perbuatan tersebut adalah perbuatan biasa. Remaja mengidolakan artis sampai mereka rela
ditiduri. Remaja meniru adegan-adegan pacaran yang akan menjurus pada seks
bebas. Tayangan infotainment yang mengupas perceraian artis, gonta-ganti
pacar, dan seterusnya akan ditiru, karena mereka telah mengidolakan sehingga
apa yang dikatakan atau dilakukan akan menjadi dorongan untuk dilakukan.
Sehingga tidak salah kalau Munas dan Komber NU 2006 mengharamkan infotainment.
Selain media, lingkungan terdekat seperti teman main, teman
sekerja, ayah, ibu, istri juga turut menyumbang karakter seseorang. Karena
desakan dari istri yang hidaup mewah seorang suami akan melakukan tidakan
korupsi, yang selanjutkan jika tidak ketahuan maka akan berulang dan menjadi
watak untuk berbuat korupsi. Seorang teman yang mengajak untuk berbuat seks
bebas dengan iming-iming imbalan uang.
Teman kerja yang tidak baik akan menimbulkan seorang individu tidak baik
pula. Hai ini sesui dengan konep ZPD dari Vigostky.
Selain itu sistem yang membuat orang menjadi mempunyai karakter
yang tidak baik. Misalnya Ujian Nasional menjadi patokan kelulusan. Seorang
anak dipaksa harus lulus dengan berbagai cara sehingga sekolah 3 tahun tidak
sia-sia. Sekolah dipaksa untuk melulusan anak supaya sekolahnya tidak sepi
meminat karena banyak yang tidak lulus. Dinas pendidikan dipaksa untuk
menluluskan anak karena dijadikan prestasi kabupaten atau kota ataua propinsi.
Sehingga karena pemaksaan sistem dilakukan pembocoran soal, contekan masal, dan
perbuatan tidak jujur lainnya.
B. Pijakan Karakter
Baik dalam Islam?
Untuk menjadikan seseorang baik
maka dipelukan teladan. Sementara teladan yang paling sempurna adalah Nabi
Muhammad SAW. Beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak.
“Sesungguhnya aku diutus, (tiada lain,
kecuali) supaya menyempurnakan akhlak yang mulia”
“sesungguhnya telah ada pada diri Rasululah itu
suri tauladan bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari
qiamat serta banyak berdzikir kepada Allah” (QS 33;21)
Banyak sekali yang telah ditedankan oleh
Rasullullah SAW. Dari aspek yang sederhana sampai pada aplikasi yang sangat
sulit. Semuanya telah dicontohkan. Firman Allah:
Dan
sesungguhnya kamu Muhammad benar-benar terdapat akhlak yang mulia.
C. Karakter Bangsa
Karakter bangsa Indonesia adalah nilai yang terkandung pancasila.
Masing-masing sila mencerminkan karakter baik. Sehingga karakter baik ini
seharusnya menjadi karakter setiap warga
negara Indonesia. Sila petama ketuahan yang maha esa, mengharuskan sikap
spiritual melandasi dari setiap perilaku. Perilalu terpuji dipupuk melalui
nilai-nilai agama. Sehingga nilai ketaqwaan membuat seorang individu akan
terbentengi dari perbuatan buruk. Seakan adanya bisikan dari tuhan melalui hati
kecilnya bahwa itu harus dilakukan dan tidak. Ketika ada tawaran melakukan
perbuatan buruk seketika itu hati memberitahu untuk meninggalkannya.
Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradap merupakan cerminan
bahwa harusnya kedilan merupakan landasan ketika memimpin. Kita tahu bahwa
setiap kita adalah pemimpin paling tidak memimpin diri sendiri. Adil merupakan
sikap yang menempatkan pada tempatnya. Sehingga untuk menjadi seorang pemimpin diri harus
berperilaku adil terhadap setiap organ baik secara fisik maupun rohani. Secara
fisik, berperilaku-periku yang membuat organ tidak sehat seharusnya dihindari
seperti minuman keras, narkoba, dan segala macamnya. Sedankan secara rohani,
sikap-sikap iri, dengki, takabur, merupak penyakit rohani yang harus
dikendalikan karena membiarkan sama saja dengan tidak adil kepada setiap
anggota tubuh.
Sila Ketiga, persatuan Indonesia merupakan sikap untuk tidak
terpecah-pecah, saling mendukung dalam kebaikan. Sila ke empat, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan melandaskan sikap
untuk mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat, tentu harus dilandasi
kebijakan tidak dilandasi dengan arogansi
kepentingan sendiri atau kolompoknya. Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia merupakan perwujudan untuk kemakmuran dengan sikap-sikap
sosial. Saling menolong bekerjasama, gotong royon dan seterusnya.
A. Bagaimana membentuk
Karakter Baik?
Disamping nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, sebagai
warga negara yang berkarakter baik harus dilengkapi dengan empat pilar yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yaitu fathonah, sidik, amanah, dan tabligh.
Empat pilar ini merupakan kunci holistik sebagai perisai dan juga tombak dalam
membentuk diri sebagai manusia yang kamil dan berkarakter baik.
1. Fathonah
(cerdas/oleh pikir/ pemikiran kritis)
Namun sikap-sikap itu tidak akan menjadi karakter, apabila tidak
disertai kesadaran untuk mengamalkannya. Pengamalan karakter ini perlu disertai
pemikiran kritis dari setiap individu. Untuk
timbul kesadaran, maka digunakanlah akal. Setelah itu akal akan dapat mebuat
rasionalisasi mengapa harus melakukan ini dan itu. Setip manusia diberikan akal
digunakan untuk memikirkan sesuatu yang pada hasil akhirnya adalah memutuskan
untuk melakukan sesuatu. Tahap masalah yang datang sampai pada justifikasi
memerlukan pemikiran yang kritis.
Berpikir kritis untuk sampai pada keputusan untuk melakukan
memerlukan tahapan. Menurut Bloom bahwa berpikir kritis ada pada tingkat
kognitif menganalisis, mengevaluasi, sampai menciptakan kesimpulan cerdas.
Sedangkan meurut Ennis (1996) berpikir kritis memiliki tahapan memfokuskan,
memperoleh informasi, mengorganisasi, menganalisis, menggeneralisasi, dan
mengevaluasi temuan masalah. Dari dua pendapat ini jika digabungkan maka akan
ketemu langkah berpikir kritis menfokuskan masalah, menggalih informasi,
menganalisis, mengaevaluasi, dan mencipta ide untuk dilakukan/justifikasi
perilaku yang harus dilakukan.
Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir(QS Al Baqoroh :219)
Demikian
itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir(QS Al A'raf: 176)
Demikianlah
Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir(QS Yunus: 24)
Demikianlah
Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu mau
menggunakan akal.(QS Al Baqoroh: 242)
2. Sidiq
(Jujur/oleh hati)
Orang yang jujur akan menghasilakan pemikiran yang jernih,
sehingga tidak membohongi atau merekayasa pemikiran. Jujur adalah kerja dari
hati. Orang yang telah melakukan pemikiran kritis namun dalam hati tidak ada
bisikan untuk berbuat jujur, maka pemikiran tersebut dapat saja membelok ke
arah pemikiran buruk atau pemikiran yang mengarah kepada kuntungan
pribadi/pembelaan pribadi. Oleh karena itu, hati merupakan pembisik akal supaya
hasil pemikiran mengarah pada cara-cara yang baik.
Orang yang jujur hidupnya akan tenang, mengapa demikian? hati
nurani akan mengatakan kebaikan sehingga kejujuran yang diucapkan atau yang
dilakukan yang sejalan dengan hati nurani
akan memperkokoh saling dukung sehingga tidak ada friksi. Sebaliknya
bila seseorang berdusta maka akan pertentangan yang besar dengan hati nurani.
Dari siniliah akan timbul kegelisahan dan merasa bersalah.
Selain pengarah pemikiran, sifat jujur juga akan mempertegas
perbuatan (amanah) karena dengan sifat jujur orang akan mantap dalam melakukan
tindakan. Meraka tidak akan merasa ragu. Tindakannya akan mengarah pada
perbuatan yang menjaga, menyampaikan, serta mememelihara yang diamanahkan
kepadanya.
Hadist
“Katakanlah yang benar walaupun itu pahit”
“Dari Abdullah
ibn Mas’ud, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada
kebaikan dan kebaikan itu membawa kesurga…” (H.R.Bukhari).
Al Qur’an
Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [Al-Ahzab : 70 – 71]
Hai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ?
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada
kamu kerjakan. [Ash-Shaff : 2 – 3 ]
Dan katakanlah
kepada hamba-hamba-Ku : “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(benar). Sesungguhnya syaitan (suka) menimbulkan perselisihan diantara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”. [Al-Israa’ : 53]
3. Amanah
Amanah sangat berhubungan dengan perbuatan yang dilakukan dalam
rangka menjalankan kepemimpinan. Orang yang amanah akan selalu perupaya
proporsional ketika menjalankan tugas. Mereka selalu bekerja keras dalam
rangkah menjalankan tugas tersebut. Perbuatan-perbuatannya ingin mensukseskan
kebaikan-kebaikan yang diembannya.
Dimensi amanah ini sangat luas, mulai dari amanah terhadapt tugas
dari sang kholiq, tugas dari piminan, tugas sebagai anak, tugas kepala rumah
tangga, dan seterusnya. Masing masing
ini akan dikemdalikan oleh sifat dilakukan dengan baik atau malah tidak baik.
Jika dilakukan dengan baik maka disebut amanah jika tidak maka disebut khianat.
“Dari Ibnu
Umar, Rasulullah saw. bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin
dan akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yang
dipimpinnya…”(H.R.BukhariMuslim)
“Dan (sungguh
beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya” ( Q.S.
Al-Mu’minun:8 )
Sesungguhnya
Allah Swt menyuruh kamu untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya…”.( Q.S. An Nisa:58)
Wahai
orang-orang yang beriman ,janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad), dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”.( Q.S. Al-Anfa:27)
4. Tabligh
Tabligh mempunyai arti
menyampaikan atau mengkomunikasikan. Hal ini erak kaitannya dengan berbuatan sholeh
atau kesalehan sosial. Dalam pandangan yang lebih luas, tabligh dalam rangnka
menyampaikan bukan hanya berupa lisan, tetapi lebih dari itu dapat berupa
pebuatan yang menimbulkan kesenangan orang lain tentu dalam rangka menyampaikan
keindahan kebaikan.
Kita sering
memaknai tablig menyampaikan ajaran-ajaran Allah agar dijadikan sebagai pedoman
hidup. Makna ini tentu tidak bersifat instan. Karena dalam menyampaikan bukan
hanya bersifat transfer of knowledge tertapi bersifat kontruktif.
Menyampaikan disini dapat berupa memberi teladan, mengajak dalam rangka peduli,
menghargai, tidak memaksa, toleran, demokratis dan seterusnya. Dalam
menyampaikan bukan bersifat memaksa dengan ancaman tetapi berperilaku lembut
dalam berbuat supaya dicontoh adan diikuti.
Sehingga
dalam penyebaran kebaikkan ini seseorang seharunya bersifat mempunyai empat
sifat. Sifat yang pertama moderat (tawasuth) sehingga berada kedalam
kondisi yang objektif. Saling menghargai perbedaan sehingga timbul toleransi (tasamuh).
Kemudian bersifat seimbang (tawazzun) semua dilihat secara berimbang
sehingga komperehsif. Serta bersikap adil (ta’addul ) tidak
bersifat arogan serka anarkis atau dholim.
“Dan siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang
menyeru(manusia) kepada Allah dan mengerjakan amal shaleh dan berkata,
“sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)”. (Fishilat:
33)
Kalian adalah sebaik-baik umat yang di lahirkan bagi
manusia, kalian menyuruh (berbuat) kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dan
kalian beriman kepada Allah.” (ali imran: 110)
Dari abu sa’id
Al-khudri ra. Berkata, “aku mendengar Rasululla saw. Bersabd, “Barang siapa
melihat kemungkaran di lakukan di hadapannya, maka cegahlah dengan tangannya.
Jika tidak mampu, maka dengan lidahnya. Jika tidak mampu maka bencilah dengan
hatinya. Dan itu adalah selemah-lamahnya iman.” (Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah,
Nasa’i-At-targhib)
Silahkan kunjungi blog kami blogmubarok.blogspot.com untuk mencari beberapa artikel yang menarik, dan bagaimana fisika dan islam menjawab beberapa pertanyaan yang unik dan mengesankan...
No comments:
Post a Comment